foto: Sejumlah Aktivis menyambut kedatangan petani asal Sumatera Utara di perbatasan pintu masuk Lampung Timur
RADAR24.ID | LAMPUNG TIMUR — Ratusan petani dari Mencirin dan Simalingkar, Deli Serdang, Sumatra Utara melakukan aksi jalan kaki menuju Jakarta untuk bertemu Presiden Joko Widodo menuntut agar tanah yang diambil oleh PTPN II untuk dikembalikan kepada masyarakat.
Peserta aksi mulai berjalan dari kampung halaman tanggal 25 Juni 2020 dan tiba di Lampung Timur 28 Juli 2020.
Peserta masuk Lampung Timur pukul 19.00 Wib di sambut oleh WALHI Lampung , LBH Bandar Lampung, SP sebay Lampung,
Aji Bandar Lampung, IWO Lampung Timur, Watala, SPI Lampung, Kasbi, Ikatan pemuda Desa Adi Mulyo Mesuji dan langsung di istirahakan di Islamic Center Lampung Timur.
Koordinator aksi petani Sumatera Utara Awan Purba mengatakan, petani sudah tidak percaya lagi dengan pemerintah daerah Deli Serdang dan lebih memilih mengadukan nasibnya kepada Presiden.
” Kami tidak ada lembaga yang mendampingi, karena kami sebetulnya lebih percaya menuntut kepada presiden Joko Widodo, karena tidak ada istansi yang perduli dengan kami” ucapnya
Petani yang awalnya berangkat dengan jumlah 170 orang, sebanyak 20 orang didelegasikan lebih dahulu bertemu DPR-RI dari komisi 2 , 4 dan 6 .
Melihat keperdulian lembaga dan aktivis Lampung Para petani berencana akan singgah di Bandar Lampung untuk melakukan aksi.
“Iya kami berencana akan melakukan aksi lebih dahulu di kota Bandar Lampung, untuk meminta suport dan dukungan bagi perjuangan kami yang telah di zolimi oleh PTPN II” pungkasnya.
Ketua WALHI Lampung Irfan Tri Mursi menyambut baik dan memberikan sosidaritas kepada para petani dari Sumatera Utara yang telah berjuang untuk bertemu presiden dengan menempuh jalan kaki,
” Kami menyampaikan solidaritas kami kepada para petani, dan untuk itu kami telah menyiapkan keperluan yang dibutuhkan oleh teman teman dari Sumatera Utara selama singgah di Lampung, kami juga siapkan Tim medis untuk memeriksa kesehatan para petani terutama para ibu yang ikut berjalan kaki” Ujarnya.
R24/ Agus
Editor Abdul Jabar