foto: Ali M Ngabalin dan Nasir Djamil
RADAR24.ID | JAKARTA — Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Kepresidenan, Ali Mochtar Ngabalin akhirnya buka suara soal kemunculan Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI).
Dia berharap, gerakan yang digagas sejumlah tokoh nasional itu tidak hanya sekadar jadi barisan sakit hati.
Sebelumnya, dia sempat mengapresiasi setinggi-tingginya atas terbentuknya gerakan tersebut, lantaran diperkuat oleh sejumlah tokoh besar nasional. Namun kemudian dia mengaku kecewa, sebab ada diksi oligarki yang disematkan dalam organisasi tersebut, yang menyiratkan satiran untuk pemerintah.
“Saya awalnya, tetap berikan apresiasi, punya prasangka baik ya, saya positif thinking. Tapi, ketika mereka memasukkan diksi oligarki, dan diksi dinasti, maka saya mau bilang jangan jadikan Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia itu jadi barisan sakit hati,” ujarnya seperti melansir rmol.id, Selasa 4 Agustus 2020.
Dia menegaskan bahwa dirinya tidak memiliki permasalahan dengan kemunculan sejumlah organisasi baru di Indonesia.
Menyikapi hal itu, anggota Komisi III Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI dari fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Nasir Djamil meminta agar pemerintah secara terbuka menerima kehadiran KAMI, karena pemerintah membutuhkan kekuatan sipil sebagai penyeimbang.
“Pemerintah yang berkuasa membutuhkan kekuatan sipil sebagai penyeimbang agar kapal besar bernama NKRI ini tidak oleng ke kiri dan ke kanan, apalagi sampai tenggelam. Karena itu kehadiran KAMI harus disikapi secara positif dan negara perlu memfasilitasi,” katanya Selasa (4/8).
Apalagi, kata Nasir, Tokoh yang tergabung dalam KAMI bukan tokoh biasa, seperti Eks Ketua PP Muhammadiyah Din Syamsuddin, pengamat Rocky Gerung hingga Ekonom Senior Ichsanuddin Noorsy hingga beberapa tokoh lainnya.
“Saya yakin KAMI itu bukan barisan sakit hati, Tapi barisan untuk meluruskan yang bengkok dan mempercepat yang masih lambat. Rezim yang berkuasa jangan berpikir negatif terhadap KAMI ” sambung dia.
Sumber Rmoll
Editor Abdul Jabar